Di Amerika Serikat, para uskup telah menyusun doa-doa liturgi untuk Hari Syukur agar dapat mengintegrasikan hari libur sekuler ini ke dalam kalender Gereja Katolik.
Dalam banyak kasus, kalender perayaan Gereja Katolik terpisah dari perayaan sekuler.
Budaya Barat telah mengadopsi beberapa perayaan Gereja, seperti Natal, Paskah, dan Hari Valentine, sebagai hari libur yang disetujui.
Di sisi lain, ada satu atau dua hari libur sekuler yang kemudian diadopsi oleh Gereja Katolik.
Hari Syukur di Amerika Serikat adalah salah satu perayaan sekuler yang telah dimasukkan ke dalam tahun liturgi Gereja Katolik setempat.
Hari Syukur dalam Misa
Para Uskup AS telah menyetujui doa-doa Misa yang termasuk dalam Missale Roma berbahasa Inggris, seperti doa pembukaan berikut ini:
Bapa yang Mahakuasa,
karunia kasih-Mu tak terhitung
dan kebaikan-Mu tak terbatas;
saat kami datang menghadap-Mu pada Hari Syukur
dengan rasa syukur atas kemurahan-Mu,
bukalah hati kami untuk peduli
kepada setiap pria, wanita, dan anak-anak,
agar kami dapat membagikan karunia-Mu dalam pelayanan penuh kasih.
Melalui Tuhan kami Yesus Kristus, Putra-Mu,
yang hidup dan memerintah bersama-Mu dalam persatuan dengan Roh Kudus, satu Allah, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.
Ada juga Doa atas Persembahan:
Tuhan Bapa kami,
dari tangan-Mu kami menerima karunia yang melimpah
agar kami dapat belajar untuk membagikan berkat-Mu dengan rasa syukur,
terimalah persembahan roti dan anggur ini,
dan biarkanlah pengorbanan sempurna dari Yesus
mendekatkan kami kepada semua saudara dan saudari kami dalam keluarga manusia.
Melalui Kristus, Tuhan kami. Amin.
Kalender liturgi setempat sendiri menempatkan Hari Syukur sebagai Memori Opsional pada Kamis Keempat di bulan November.
Meskipun Hari Syukur adalah hari libur sekuler, Gereja melihatnya sebagai cara yang sempurna untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
Salah satu alasan utama mengapa Misa merupakan cara yang tepat untuk merayakan Hari Syukur adalah karena kata Yunani "Ekaristi" berarti "syukur."
Misa selalu diasosiasikan dengan keinginan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas banyak berkat yang telah kita terima, dan Gereja ingin mendorong konotasi religius dari hari libur sekuler yang dirayakan secara luas ini.